Indonesia menjadi kontributor penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia karena luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2021 seluas 14.663.416 Ha (Kementerian Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan). Sedangkan jumlah buruh perkebunan kelapa sawit tahun 2021 adalah 22 juta jiwa (OPPUK). Sehingga sektor perkebunan kepala sawit menjadi sumber terbesar Pendapatan Devisa Negara mencapai USD30 juta atau sekitar Rp 429,7 triliun pada tahun 2021 (GAPKI, 2021).

Ini menjadikan perkebunan kelapa sawit mendapat perhatian pemerintah, namun perhatian juga perlu diberikan kepada buruh dan serikat buruh. Masih ada pendapatan buruh perkebunan kelapa sawit dibawah rata-rata. Masih banyak perusahaan menganggap buruh adalah musuh sehingga terjadi pemberangusan serikat buruh (union busting).

Padahal serikat buruh mampu memediasi dan menjadi jembatan komunikasi antara buruh dengan perusahaan dan pemerintah. Hal ini disampaikan Herwin Nasution selaku Ketua Umum F-SERBUNDO sekaligus Direktur Eksekutif OPPUK pada Seminar dan Dialog Sosial Multi Stakeholder “Memperkuat Serikat Buruh sebagai Mitra Strategis Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit”. Kegiatan tersebut pertama kali dilaksanakan pada 5 Juli 2022 di Grand City Hall Medan Sumatera Utara atas kerjasama F-SERBUNDO, GAPKI, OPPUK dan WISPO. Seminar dan Dialog sosial multi stakeholder ini melibatkan empat pembicara, yaitu: Herwin Nasution, SH (Ketua Umum F-SERBUNDO), Sumarjono Saragih, (Kordinator Bidang Ketenagkerjaan, GAPKI Pusat), H. Baharuddin Siagian, SH, M.Si (Kepala Dinas Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara) dan Dr. Agusmidah, SH., M.Hum. (Akademisi, peneliti/pengamat perburuhan). Acara ini di moderatori oleh Misran Lubis (Wakil Ketua Umum SERBUNDO/Direktur Eksekutif JARAK) dan dihadiri 24 perwakilan (7-serikat buruh, 6 NonGovernment Organization (NGO), 4 akademisi, 4 perusahaan dan 3 pemerintah) serta 7 media yang meliput kegiatan seminar dan dialog sosial multistakeholder.

Herwin juga menyampaikan bahwa mengedepankan serikat buruh yang bersifat argumentative ilmiah dalam menyelesaikan masalah buruh melalui dialog. F-SERBUNDO membangun dialog sosial antara buruh, serikat buruh, pengusaha dan pemerintah agar membangun kesepahaman dan persamaan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejateraan buruh dan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit. F-SERBUNDO juga berkomitmen memperjuangkan hak-hak buruh perempuan dan anak buruh di perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut terlihat pada Rencana Strategis F-SERBUNDO selama 5 tahun.

Sumarjono mengapresiasi kegiatan seminar dialog sosial yang telah terwujud dengan mendukung berbagai kegiatan serikat buruh kedepannya, serta mengembangkan dialog sosial yang progresif untuk merawat dan membangun relasi yang telah terbangun antara buruh atau serikat buruh (F-SERBUNDO) dan pengusaha.

Moderator Misran Lubis menyampaikan dalam simpulan bahwa dialog yang lebih konstruktif harus dibangun sampai pada tingkat basis. Pemerintah daerah punya inisiatif paling penting dalam dialog sosial, melibatkan pekerja sawit dan perusahaan sampai rantai pasoknya. Pemerintah perlu mengambil langkah yang tepat dengan mengedepankan dialog sosial dengan melibatkan stakeholder terkait untuk memperkuat kemitraan antara Serikat Buruh, Pengusaha dan Pemerintah.

Herwin juga menegaskan bahwa buruh atau serikat buruh, perusahaan dan legislatif seperti segitiga emas. Artinya ketiga organ tersebut adalah prasyarat perubahan kebijakan yang harus bekerja sama untuk mampu melakukan perubahan kebijakan di tingkat perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dengan adanya seminar dan dialog sosial yang melibatkan multistakeholder menandakan F-SERBUNDO dan OPPUK berhasil dalam memperkuat kemitraan yang berkelanjutan.

Bagikan :