OPPUK mengikuti kegiatan Workshop Pemetaan dan Pengorganisasian Buruh Perkebunan Sawit di Palangkaraya Kaltengpada tanggal 8-9 Agustus 2015 di Hotel Fairuz. Sektor perkebunan sawit rawan akan pelanggaran hubungan kerja buruh-majikan. Berbagai bentuk dan jenis eksploitasi dan penghisapan dilakukan oleh pengusaha menyebabkan melebarnya ketimpangan sosial. Serikat Buruh yang teridentifikasi di perusahaan perkebunan sawit, adalah serikat-serikat pekerja bentukan perusahaan. Pada serikat tersebut, sangat minim dilakukan kaderisasi seperti pendidikan dan pelatihan yang bisa meningkatkan pemahaman anggota terhadap hak-hak buruh, dan peningkatan keterampilan kerja termasuk hak politik buruh. Rata-rata keanggotaan serikat buruh tersebut  sangat pasif sehingga sebagian besar tidak mengetahui manfaat menjadi anggota serikat.

Namun demikian, terdapat juga beberapa serikat buruh yang dilahirkan dari bawah. Dalam konteks ini, orientasi program organisasi serta kaderisasi membangun kekuatan buruh dan solidaritas di antara sesama buruh  masih lemah, dan masih sangat tergantung pada pihak di luar dirinya sehingga rawan akan perpecahan internal. Melihat realitas ini, dirasakan sangat perlu untuk melihat lebih dalam apa sebenarnya yang menjadi akar persoalan dan jalan keluar dalam rangka mencapai kesejahteraan buruh perkebunan. Advokasi buruh perkebunan selama ini masih bersifat kasuistik, masih menggunakan pendekatan programik, belum terorganisir secara baik. Untuk itu Sawit Watch bekerjasama dengan AMRC Hongkong dan Walhi Kalimantan Tengah mengadakan suatu Lokakarya Pemetaan Kondisi dan Pengorganisasian Buruh Perkebunan Sawit Di Indonesia, untuk menemukan strategi dan kerja-kerja yang dilakukan secara bersama.

Fasilitator dalam workshop ini ada 2 orang yakni Dani, aktivis AGRA Kalimantan Tengah yang mengorganisir lahirnya serikat buruh SEPASI di PT SPMN Kalimantan Tengah. Fasilitator lainnya, Zidane, staf advokasi buruh Sawit Watch. Peserta workshop berjumlah 20 orang yang berasal dari Sawit Watch, Save Our Borneo, Walhi Kalimantan Tengah, buruh dan aktivis buruh dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jakarta.

Workshop diawali dengan penyampaian latar belakang dan tujuan kegiatan. Selanjutnya pemaparan materi tentang kondisi umum buruh perkebunan sawit di Indonesia oleh Zidane (Sawit Watch) dan Situasi industri dan kondisi buruh perkebunan sawit di Kalimantan Tengah oleh Ari Rompas (Direktur Walhi Kalteng).

Setelah sesi ini, peserta difasilitasi untuk sharing kondisi dan pengorganisasian buruh perkebunan di Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kaltim dan Filipina. Beberapa point penting diperoleh dari sharing ini diantaranya perkebunan yang represif, kebutuhan untuk materi pendidikan buruh, keluar-masuk buruh yang relatif tinggi dan kurangnya organiser lokal. Pembangunan koneksi atau aliansi dengan gerakan tani dan gerakan lingkungan juga menjadi point penting dalam sharing tersebut.

Di sharing pengalaman kampanye internasional, membangun jaringan di level lokal, nasional dan internasional menjadi hal penting. Selain itu kesiapan organisasi buruh di level bawah menjadi sangat penting. Dalam hal ini, diperlukan peningkatan kapasitas buruh maupun aktivis buruh dalam mendokumentasikan kondisi buruh dan mengkampanyekan tuntutannya.

Di sesi diskusi kelompok dan identifikasi kekuatan dan prioritas, beberapa hal menjadi point penting. Diantaranya, kebutuhan untuk membangun serikat buruh perkebunan tingkat nasional, pembangunan aliansi dengan gerakan tani dan gerakan lingkungan, adanya materi/kurikulum pendidikan buruh, kapasitas untuk memperluas pengorganisasian.

Bagikan :